Hendaknya semua kita belajar berhati lapang dan berkepala dingin.
Apalagi menyangkut sesuatu yang berada di luar kapasitas kita. Khususnya dalam menilai baik atau buruknya seorang hamba Allah.
Semua orang, selama ada iman di hatinya, bahkan yang belum iman tapi masih bernafas, punya kesempatan untuk bertransformasi dalam hidupnya.
Baca Juga: DPP KKB Halal Bihalal Idul Adha Online, Diikuti Bupati Hingga Imam Shamsi Ali
Transformasi atau pergerakan yang kita maksud boleh saja dari posisi “salah” ke posisi “saleh”. Atau sebaliknya dari posisi “saleh” ke posisi “salah”.
Karenanya di saat berada di posisi saleh, jangan angkuh. Ketentuan itu akan jelas dan final di saat menghembuskan nafas terakhir.
Dan di saat berada di posisi salah jangan putus asa. Karena percayalah rahmah dan kasih Allah melampaui segalanya.
Baca Juga: Shamsi Ali Kenakan Passapu Kajang di World Peace Festival 2019
Islam mengajarkan seseorang melakukan kesalahan atau kekhilafan disebut “khotho’” Allah menyikapinya dengan sifatNya yang ‘afuwwun”.
Ketika kesalahan itu berubah menjadi dosa yang disebut “dzanbun” Allah menyikapinya dengan sifatNya yang “Ghafirun atau Ghafuur”.
Tapi seseorang terjatuh dalam akumulasi dosa-dosa yang banyak disebut (dzunuub) maka Allah menyikapinya dengan SifatNya yang “Ghaffaar”.
Baca Juga: Shamsi Ali Pimpin Doa Ribuan Warga Bulukumba Untuk BJ Habibie
Dan ketika dosa-dosa itu menumpuk begitu banyak dan menjadi kegelapan (Zhulumaat) dikenal dengan “melampaui batas” atau “israaf”, di saat itu Allah tampil dengan sifatNya yang paling esensi “Rahman, Rahim”.
Allah menegaskan hal itu dalam firmanNya: “Katakan wahai Hamba-hambaKu yang melampaui batas, jangan berputus asa dari kasih sayang (rahmah) Allah. Sungguh Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”.
Artikel Terkait
Opini Hari Sumpah Pemuda: "Pemuda dan Karya"
Berapa Jumlah Batu Yang Dibutuhkan Sisifus?
Seberapa Besar Anda Percaya Jagoan Anda di Pilkada?
Faktor Kamala Harris di Pilpres AS
Kuliner LAPDA, Tempat Nongkrong Favorit Anak Muda Bulukumba