Kecenderungan paling khas dari kekuasaan milik komunis yaitu negara tidak bisa dibantah oleh rakyat sendiri. Hari ini dunia bisa menyaksikan pemerintah Korea Utara lebih senang rakyatnya berada dalam zona nyaman apolitik.
Pada tataran di mana rakyat dimiliki sepenuhnya oleh negara maka rakyat bekerja sepenuhnya untuk negara. Dengan begitu impian proletariat yang paling ideal bagi komunisme sesungguhnya adalah berlangsungnya mesin produksi dan kumpulan robot bernyawa.
Wajar intelektualisme Hongkong bergolak dan memberontak. Gelombang demonstrasi itu berlangsung berbulan-bulan.
[irp]
Kapitalisme ala komunis toh berbeda dengan kapitalisme ala liberalis. Rakyat Hongkong tidak terbiasa. Diserahkannya Hongkong oleh Inggris pada tahun 1997 ternyata adalah sebuah penyakit. RRC sedang memelihara tumor ganas dalam tubuhnya sendiri.
Di RRC banyak warganegara intelektual sekelas Prof. DR. Ni’matul Huda. Namun tentu tidak ada yang bersedia menjadi pemateri semisal diskusi bertajuk “Meneruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau Dari Sistem Ketatanegaraan” di UGM. Ketika terdengar kabar rumah Ni'matul Huda didatangi dan digedor, kita baru kaget ternyata teror berbau komunisme juga nyata adanya di republik ini.
Totalitarianisme banyak dicangkokkan di negara-negara yang bersedia berkawan dengan komunis. Di Tiongkok tidak sulit menemukan orang semacam Ruslan Buton. Panglima Serdadu Eks Trimata Nusantara yang ditangkap polisi. Tetapi tidak ada Ruslan Button di Cina yang berani mempublikasikan rekaman suara membacakan surat terbuka untuk Deng Xiao Ping dan memintanya lengser.
[irp]
Banyak kalangan menghubungkan Pengajuan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) merupakan bukti eksistensi menuju pembelokkan arah ideologi negara.
Sangat tidak logis memang kaum nasionalis dan religius tidak terkejut. Ternyata sudah sejauh ini ada gerakan untuk mengutak-atik ideologi negara. Benarkah komunis gaya baru sedang berkelindan di tingkat elit kekuasaan?
Terdapat teori, menguatnya hubungan negara RI dengan RRC telah membangun kepercayaan diri para aktivis kiri di Indonesia. Fakta di tingkat kekuasaan, baru di rezim ini Partai Komunis Cina dapat menginjakkan kaki di Istana Negara.
[irp]
Orang-orang lalu menengok sejarah. Jika di masa orla kekuatan PKI berporos ke Peking maka bukan kemustahilan saat ini terdapat anasir neo-PKI berporos ke Beijing.
Kolonel (Purn) Sugeng Waras secara lugas mengatakan bahwa bahasa khas PKI yaitu mengaku paling pancasila, paling Indonesia, dan agama musuh pancasila. Demikian dikatakan Sugeng Waras dalam artikel berjudul “100 Tahun PKI”.
"Bahasa dan ciri khas PKI dalam kampanye, propaganda, agitasi, intimidasi, menghasut, menyesatkan, mempengaruhi dan menjerumuskan dengan membenarkan segala cara,” ungkapnya.
[irp]
Sugeng Waras mencurigai pelanjut PKI berada di lingkungan kekuasaan. Menurutnya, sudah amat sangat dominan, gerombolan pelanjut PKI berada di lingkungan penguasa, tak terkecuali di badan-badan informal.
Komunis secara global memang tidak pernah runtuh dan bangkrut. Korea Utara tetap teguh di muka bumi. Rusia dan RRC kian digdaya. Komunis gaya lama tetap mengusung proletariat dengan sistem ekonomi sosialis. Sedangkan komunis gaya baru berselingkuh terang-terangan dengan sistem ekonomi kapitalis.
Ideologi tetaplah ideologi dan bukan sistem ekonomi. Komunis dan liberalis hanya ideologi. Yang melanjutkan nyawanya adalah kapitalisme dan sosialisme selaku sistem ekonomi.
[irp]
Hanya karena ekonomi sosialis mendukung visi dan misi komunis maka sosialisme diidentikkan komunisme. Gagalnya sosialisme terutama pada masa Perang Dunia II dan jauh setelahnya, mengakibatkan kaum komunis sadar bahwa sosialisme tidak berdaya melawan kapitalisme.
Bagi komunis, agama adalah candu. Ritual-ritual yang rutin mampu mengurangi waktu bekerja pada tataran proletar. Namun dalam evolusinya, komunis gaya baru yang tidak lagi menerapkan sistem ekonomi sosialis telah membebaskan rakyatnya untuk bergerak berdasarkan modal dan kreatifitas. Sedangkan urusan politik, sosial, pertahanan, dan keamanan tetap saja dikangkangi prinsip proletar.
PKI di Indonesia telah lama bubar. Faktanya memang sudah dibubarkan dan terlarang. Fakta lainnya, anak keturunan PKI yang ideologis masih ada. Meskipun ideologi bisa diwariskan namun tidak mungkin mereka membawa PKI gaya lama. Ribka Tjiptaning, politisi P-DIP, penulis buku "Aku Bangga Menjadi Anak PKI" dalam wawancara ekslusif di sebuah stasiun televisi menyebutkan jumlah anak cucu keturunan PKI dewasa ini sedikitnya 15-20 juta orang.
[irp]
Sebagian di antaranya menjadi politisi dan bahkan ratusan berada di parlemen dan eksekutif di berbagai daerah. Kata siapa bahwa komunis sebagai ideologi tidak mungkin bangkit?
Era reformasi yang bermula dari runtuhnya Orde Baru toh bertanggung jawab terhadap rekonsiliasi, pembebasan tapol dan napol PKI, serta pengembalian hak-hak kewarganegaraannya. Konsekuensinya berupa ansk-anak keturunan PKI mempunyai keleluasaan mengisi pos-pos penting.
Ada yang mengibarkan bendera palu arit berlatar merah putih di kampus Unhas. Publik geger. Pada semua alur teori, asumsi, maupun fakta, agaknya bendera itu tidak bisa dijelaskan oleh wilayah semiotik. Barangkali ia hanya bisa dideskripsikan dengan cara yang sedikit mengadopsi sedikit keberanian rakyat Hongkong.
[irp]
Di masa mendatang barangkali kiita akan selalu mengutip ucapan Jenderal Gatot Nurmantyo, "Benteng terakhir NKRI adalah umat islam." Di hari-hari ini sedang berlangsung masif gerakan mendistorsi sejarah. Publik diarahkan mewaspadai ekstrem kanan sebagai musuh pancasila dan stigmatisasi "bahaya laten Orde Baru." Namun sebagian kita takut bertanya, "Dari kolong mana gerangan narasi itu diproduksi?".
Pelajaran moral: Kata "kolong" dalam pertanyaan di atas mungkin harus diralat menjadi: gorong-gorong. ***
[irp]