Dan rujukan pertama manusia dalam kehidupan dunianya adalah ibunya. Sejauh-jauh kaki melangkah rujukan ini (Ibu) takkan pernah menghilang.
Pengaruh wanita begitu besar dan menentukan dalam sejarah kehidupan manusia.
Wanitalah yang menjadi penyebab pembunuhan pertama dalam sejarah manusia (Habil dan Qabil).
Wanita banyak menjadi pemain dalam sejarah, baik dengan lakon positif maupun negatif.
Kita mengenal isteri nabi Luth yang menjadi aktor jahat dalam sejarah.
Namun sebaliknya begitu banyak wanita yang telah memainkan peranan positif dalam sejarah kehidupan manusia.
Imra’atu Fir’aun atau isteri Fir’aun misalnya memainkan peranan yang mengharumkan sejarah.
Asia menjadi wanita yang diabadikan dalam Al-Quran. Demikian juga imra’atu ‘Imran kakek nabi Isa AS yang juga terabadikan dalam Al-Qur’an.
Yang pasti begitu banyak orang-orang besar dalam sejarah yang dibesarkan oleh kaum hawa. Siapa yang tidak mengenal Ismail yang dibesarkan oleh Ibu Hajar. Atau sejarah Musa yang diperjuangkan dengan penuh rintangan oleh Ibu dan kakak wanitanya. Bahkan Rasulullah SAW juga diasuh sendiri oleh Ibunya Aminah hingga wafat menjemputnya.
Sayang dalam perkembangan peradaban manusia yang kehilangan jatidiri, wanita kemudian diperlakukan dengan perlakuan yang sangat rendah dan tidak manusiawi. Sejak peradaban China kuno ke peradaban India, bahkan Yunani, Romawi dan Persia, wanita telah ditempatkan pada posisi yang sangat tidak layak. Masa-masa itu wanita dipandang sebagai obyek pemuas nafsu kaum pria.
Hingga di saat-saat Rasulullah diutus di tanah Arab wanita telah diposisikan pada posisi yang tidak saja rendah. Tapi sangat jahat dan tidak manusiawi. Wanita dianggap properti yang layak di wariskan dan diperjual belikan. Bahkan puncaknya kaum pria malu memiliki anak perempuan karena dianggap beban dan memalukan. Akibatnya anak-anak perempuan ketika itu banyak yang dikubur hidup-hidup.
Demikian seterusnya hingga di saat manusia merasa atau mengaku memasuki era kehidupan modern yang dianggap beradab (civilized). Wanita justeru dipolesi dengan polesan-polesan semu. Namun hakikat dan realitanya wanita ditempatkan pada posisi “modern slavery” yang menyedihkan.
Perlakuan bangsa Eropa kepada kaum wanita, yang juga mendapat pembenaran dari tokoh-tokoh agama di masa lalu membawa kepada kebangkitan emansipasi wanita yang diakui sebagai gerakan pembebasan wanita. Gerakan emansipasi terlahir di Eropa dan oleh wanita Eropa yang merasa tidak mendapatkan hak-haknya sebagai manusia.
Gerakan emansipasi wanita ini kemudian dibalik (twisted) seolah-olah terlahir untuk membebaskan wanita-wanita Muslimah. Sehingga seringkali gerakan atau organisasi-organisasi wanita Barat melakukan ekspansi ke dunia Islam dengan propaganda membebaskan dan mengangkat derajat kaum wanita. Padahal permasalahan mendasar dan esensial ada pada bagaimana mereka memperlakukan kaum wanitanya.
Wanita dalam Islam
Artikel Terkait
Putra Bulukumba di AS, Imam Shamsi Ali, Tak Gentar Ancaman Fadhli Zon
Shamsi Ali Dukung Ridwan Kamil di Pilgub DKI Jakarta 2017
Pernyataan Ahok dan Isu SARA oleh Imam Shamsi Ali
Catatan Shamsi Ali: Isu Garis Keras
Roadshow Ramadan KKB Diikuti Imam Besar New York Shamsi Ali
Shamsi Ali Pimpin Doa Ribuan Warga Bulukumba Untuk BJ Habibie
Shamsi Ali Kenakan Passapu Kajang di World Peace Festival 2019
DPP KKB Halal Bihalal Idul Adha Online, Diikuti Bupati Hingga Imam Shamsi Ali
Imam Shamsi Ali Kritik Menag Gus Yaqut, Bandingkan Suara Toa Masjid dan Gonggongan Anjing
Imam Shamsi Ali Minta Pendeta Saifuddin Ibrahim Ditangkap