Jelang Kenaikan Harga BBM, sejumlah jurnalis juga menjadi korban pemukulan aparat di kampus UNM. Puncaknya pada hari pertama Kenaikan Harga BBM Selasa 18 November 2014. Mahasiswa hampir semua kampus turun ke jalan.
Bentuk kecaman dan penolakan Kenaikan Harga BBM diteriakkan mahasiswa Unhas, UNM, Unismuh, UMI dan 45 Makassar. Ujung-ujungnya mahasiswa bentrok dengan aparat dan warga. Sejumlah kampus rusak, puluhan motor mahasiswa hangus.
Kini muncul sebuah surat terbuka dari seorang mahasiswa asal Sulsel di Jakarta. Andi Pajolloi Bate menulis Surat Cinta untuk ‘Mahasiswa Makassar’. Tulisan Andi ini banyak mendapat tanggapan dan dukungan. Bahkan sempat heboh lantaran tulisan ini dibagikan oleh sejumlah pengguna. Berikut isi suratnya yang dipublikasikan melalui akun Facebook Rabu 19 November 2014.
Kawan mahasiswa yang kucinta,
Kabar tentangmu terdengar hingga seantero nusantara
Kuping-kuping bangsa mulai memerah
Mata elang bersatu padu, memandang sinis penuh amarah.
Kawan sekampung yang kubangga,
Kita sebenarnya apa dan siapa?
Tank baja yang sulit dihancurkan?
Menara tinggi menjulang tak tertandingi?
Bukan! Kita tak lebih dari mahasiswa biasa,
Miskin ilmu, selalu salah
Lalu, kenapa masih terlalu congkak?
Menantang maut berbekal batu, busur, dan anak panah
Rela mati tanpa peduli pentingnya harga sebuah nyawa.
Tanpa peduli sesaknya dada ibu menahan rindu di rumah.
Pun, orang lain yang terusik karena keegoisanmu
Berdalih menjadi lidah warga, lalu kau legalkan penghancuran,
Kebrutalan jadi kewajiban. Menyedihkan.
Kawan seperjuangan yang kurindu,
Ini memilukan!!
Ocehan tentang kalian mengiris hatiku di tanah rantau ini.
Mereka berpikir kalian monster berjubah intelektual,
Emosional, dan menyerang secara babi buta
Aku ingin pulang!
Aku tahu, kalian tak seburuk yang mereka pikirkan.
Ini hanya luapan keluh kesah yang tertuang dengan cara yang keliru.
Pemberontakan sesaat yang sebenarnya kalian sadari tidak benar.
Aku ingin pulang.
Mengajakmu bercengkerama,
Berbagi cerita tentang dunia,
Tentang peran kita sebagai tonggak sejarah.
Tentang harapan dunia yang terbeban di pundak kita.
Sungguh, aku ingin pulang,
Berbicara denganmu dari hati ke hati
Mengatur langkah membangun peradaban
Tanpa bentrokan, tanpa anarkisme.
Sebagai pemuda bugis,
Aku malu jadi perusak, aku malu jadi benalu, aku malu dianggap masalah.
Karena aku pemuda Bugis,
Malu adalah harga diriku !
Meruya, 18/11/2014
Andi Pajolloi Bate
Mahasiswa Public Relations
Universitas Mercu Buana, Jakarta