BULUKUMBA, BB - Hj Hilmiaty Asip ST. M.Si kembali menduduki kursi wakil rakyat lima tahun ke depan. Politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) yang bersaing di dapil 1, Kecamatan Gantarang-Kindang ini ternyata gagal menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) namun gagal.
"Awalnya saya mendaftar PNS dan gagal, lalu kemudian mencobanya lagi dan lagi. Jadi saya itu gagal PNS lima kali,” cerita ibu tiga anak ini. Meski demikian, gagal bukanlah alasan baginya untuk berhenti berkarir. Berkat dukungan dari keluarga, ia memantapkan diri berpolitik setelah menyelesaikan pendidikan SI nya di Universitas Hasanuddin (Unhas) pada tahun 2000 silam.
“Umumnya bagi kaum wanita politik itu masih dianggap tabu begitupun dengan saya saat itu. Jadi tidak begitu berminat tapi berkat dorongan dari suami yang memang lebih awal berpolitik dan besiknya juga hukum membuat tergerak untuk berpolitik,” jelas istri Haji Nasrul Bayu.
Meski karir politik wanita lulusan S2 Universitas Indonesia Timur (UIT) tahun 2013 tak selalu mulus namun baginya politik tetaplah menarik. Padahal basic politiknya minim sebab dia dibesarkan dari keluarga pengusaha. “Setiap pekerjaan ada resiko dan hambatan. Tidak ada masalah tanpa solusi dan saya percaya bahwa apapun itu bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik dan itu yang selalu saya lakukan. Dan suatu kebanggaan tersendiri ketika mampu menggolkan suatu program yang banyak membantu masyarakat,” ujarnya. Wanita kelahiran 27 Agustus 1976 ini sejak awal berpolitik, bergabung di partai Hanura hingga saat ini.
Sebelumnya di dapil yang sama pada 2009 lalu mengantarkannya ke parlemen dan kini dengan 2.178 suara ia kembali duduk di kursi DPRD. Diakuinya mencaleg itu adalah bagian dari ambisinya untuk menunjukkan pada perempuan lainnya tentang kesetaraan gender. Mendobrak asumsi publik tentang keterkaitan wanita dalam politik tidak sekedar mencaplok.
“Perempuanpun harus buktikan bahwa perempuan tidak hanya bias bergelut di dapur atau mengurus anak. Perempuan bisa juga melakukan seperti yang dilakukan pria pada umumnya termasuk berpolitik,” Sedangkan pandangan politik, menurutnya kembali pada individu yang menjalaninya.”Kalau politik itu kembali pada orangnya jadi tidak real bahwa politik adalah kotor tapi apapun itu sesungguhnya politik itu seni,” pungkas alumni SDN 5 Appasarengge, Bulukumba.