Jakarta, Beritabulukumba.com – Aplikasi Facebook yang merupakan web2 mengalami crash atau gangguan pada Selasa malam (5/3/2024).
Dalam waktu kurang dari satu jam, menyebabkan kekacauan pengguna Facebook di dunia maya di seluruh dunia.
Mereka yang menemukan akun Facebook tiba-tiba keluar mengira dirinya telah diretas, lalu mengganti kata sandinya.
Para pengguna yang logout kemudian memikirkan bagaimana cara mengatasi data yang berpotensi bocor dan segudang perhitungan mengkhawatirkan lainnya.
Hal ini menjadi bukti betapa para raja web2 seperti Facebook telah memusatkan kekuatan mereka untuk mendominasi umat manusia.
Bos Web2 seperti Facebook memegang kekuasaan seperti sebuah kerajaan. Setiap kerajaan mengalami kebangkitan dan kejatuhannya.
Kerusakan server Facebook dan Instagram hanyalah sebuah peringatan pentinganya beralih dari web2 ke web3.
Dapat berjalan pada teknologi blockchain yang didukung oleh cryptocurrency yang mulai ada.
Dengan web3, tidak ada lagi server terpusat tetapi data didistribusikan melalui puluhan juta Node yang terdesentralisasi.
Tidak ada yang mempunyai kemampuan untuk menghapus semuanya, tidak ada satu kesalahan pun yang dapat menjatuhkan keseluruhan sistem.
Dengan web3, pengguna memiliki data pribadi dan produk kreatifnya, tidak ada yang bisa mengganggu.
Tidak ada yang bisa merampok, tidak ada yang bisa menghentikan. “Tentu saja web3 mematuhi hukum internasional dan nasional, sehingga pengguna web3 tidak boleh melanggar hukum,” tulis pemerhati Web3 di platform X @PhanTuyen86.
Pi Network menurutnya salah satu proyek yang menjalankan uji coba web3 dengan banyak aplikasi untuk perdagangan, budaya, jejaring sosial, dan aktivitas kreatif yang didukung oleh Pi coin.
Masalahnya, kebaruan web3 sangat sulit untuk meyakinkan banyak pengguna, sama seperti Bitcoin ketika pertama kali lahir.
Satu dolar bisa membeli lebih dari 1000 Bitcoin tetapi tidak banyak orang yang menginginkannya.
Sekarang nilai tukar Bitcoin menembus angka fantastis yakni 60 ribu dolar setiap koinnya.
Pi Network memiliki waktu panjang untuk open mainnet, karena operator harus memeriksa semua cacat untuk menutup semua lubang agar jaringan menjadi lengkap.
“Peluang selalu datang dengan resiko, mereka yang tidak mau menerima resiko tidak akan bisa memanfaatkan peluang tersebut,” tulis @PhanTuyen86. ***
Komentar