Bang Ipull (Saipul Jamil)

Khatib di tempat Saya Jum’atan hari ini bahas tentang kematian. Awalnya Saya berharap beliau akan membahas tentang LGB dan prilaku artis. Maklum dari kemaren pemberitaan tentang Bang Haji yang dangduter itu sudah ramai menghiasai layar kaca.

Ternyata Saya salah, sama salahnya ketika Saya menganggap Bang Haji itu lelaki tulen. Janggut yang macho dan produksi suaranya yang serak sungguh jauh dari kesan melambai, apalagi kemayu. Sekali lagi pepatah lama “don’t judge a book from the cover” menunjukkan kesahiannya. Yang keliatan kekar belum tentu bisa mekar. Tubuh atletis boleh jadi elastis. Kelihatan tulen, tapi tidak pulen.

Menafsir orientasi sexual Bang Haji emang susah. Dua kali menikah dengan perempuan cantik, ternyata bukan jaminan. Gosip dekat kesana kemari dengan beberapa wanita, ternyata hanya kamuflase pemberitaan. Media yang dulu mengangkat namamu, kini menyudutkan dan menghempasmu. Tapi Abang juga seh senangnya maen pedang2an. Sukanya memangsa yang belum cukup umur dan gak peduli jenis kelamin. Semoga ruang sempit berjeruji besi itu menyadarkanmu.

‘Baik-baik ya disana Bang. Penyesalan memang selalu datang belakangan, itu kata Khatib ditempatku tadi. Tapi itulah dunia Bang, selalu menggoda kita untuk tergantung pada sesuatu yang abstrak dan fatamorgana.’

Advertisement

Penulis: Amrullah Arafat

*Disclaimer: 
Informasi dalam website ini disediakan hanya untuk tujuan informasi umum, bukan saran keuangan atau investasi. Pembaca bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan mereka. Selalu lakukan riset mandiri sebelum membuat keputusan terkait keuangan Anda.

Komentar