Kekurangan Penilaian Sistem Poin dibanding Lampu di D’Academy Asia

D'Academy Asia lampu juri
JAKARTA,BB – Penilaian D’Academy Asia Indosiar menjadi sorotan netizen. Evi Masamba harus tersenggol karena penilaian rendah salah seorang juri, Pak Ngah dari Malaysia.

Nilai 80 dari Pak Ngah membuat poin Evi Masamba anjlok hingga akhirnya tersenggol di top 5 Kamis 24 Desember 2015. Netizen langsung bereaksi atas poin Pak Ngah tersebut. Pasalnya, juri lain tak ada yang memberikan poin hingga 80 di babak ini.

Memang yang lolos di babak top 5 adalah kontestan yang melalui seleksi dan persaingan ketat. Danang, Lesti, Shiha, Fitri dan Evi menunjukkan hasil yang maksimal. Sayang Evi pada penampilan terakhir mendapat poin sangat rendah dari Pak Ngah.

Penilaian juri memang hak mutlak bagi juri. Empat juri setiap penampilan akan memberikan nilai bagi setiap penampil. Akumulasi dari semua juri inilah yang menjadi penentu siapa yang akan tersenggol. Poin paling rendah otomatis akan angkat koper.

Advertisement

Jadi satu juri sangat menentukan kontestan yang tersenggol. Jadi kekurangan sistem poin ini adalah juri dapat menjatuhkan finalis lain dengan memberinya poin rendah. Meskipun juri lain sudah memberinya dengan nilai yang ketat. Jadi fatalnya lagi, jika sudah memasuki babak grand final, maka yang juara akan ditentukan oleh persaingan juri dalam mendukung kontestan lain.

Hal ini berbeda pada ajang Dangdut Academy 1 dan DA2. Penentuan juara dan tersenggol melalui penilaian lampu dari empat juri. Jadi satu juri tak bisa meloloskan dukungannya jika juri lain memberinya lampu hijau.

*Disclaimer: 
Informasi dalam website ini disediakan hanya untuk tujuan informasi umum, bukan saran keuangan atau investasi. Pembaca bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan mereka. Selalu lakukan riset mandiri sebelum membuat keputusan terkait keuangan Anda.

Komentar