MALI,BB – Aksi penyanderaan dan terorisme di hotel mewah, Blu Radisson Bamako, Mali berakhir duka. Sebanyak 27 sandera di dalam hotel meninggal dunia.
Kabar duka itu dilaporkan stasiun berita BBC, Sabtu, 21 November 2015 mengutip pernyataan seorang pejabat PBB yang tak ingin disebut namanya. Total 12 jenazah ditemukan di lantai dasar dan 15 jasad lainnya di lantai dua. Di antara 27 korban tewas terdapat tiga warga asal Tiongkok, masing-masing 1 warga Amerika Serikat dan Belgia.
Korban asal Belgia yang tewas diketahui merupakan anggota parlemen di wilayah Wallonia. Sementara itu kantor berita Reuters melansir dua warga Rusia ikut menjadi korban tewas. Informasi itu dibenarkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
Total, terdapat tujuh warga Tiongkok yang sempat ditawan. Empat sisa warga mereka berhasil melarikan diri.
Penyerangan ke hotel mewah itu terjadi sekitar pukul 07.00 waktu setempat pada hari Jumat kemarin. Saat itu, kelompok bersenjata berupaya memasuki hotel ketika mobil dengan pelat diplomatik masuk. Kemudian, mereka mulai melepaskan tembakan ketika masuk, menyandera tamu dan staf hotel.
Menurut kesaksian tamu hotel yang berhasil selamat, ada puluhan pria bersenjata yang menyerang hotel. Tetapi, sumber di militer Mali melaporkan ada tiga pelaku yang tewas tertembak atau meledakan diri. Mereka juga mengklarifikasi jumlah pelaku tidak lebih dari empat orang.
Salah satu tamu yang ditawan adalah penyanyi asal Guinea, Sekouba Bambino Diabate. Menurut dia, pelaku berkomunikasi dalam Bahasa Inggris.
“Mereka menembak di dalam hotel, di koridor,” kata Diabate. Penyanderaan berlangsung selama sembilan jam. Untuk membebaskan korban, Mali mengerahkan pasukan khusus, salah satunya dari Prancis dan dua pasukan AS.
“Penyanderaan telah berakhir. Kami kini dalam proses mengamankan hotel,” ujar sumber di militer Mali. Usai kejadian itu, Pemerintah Mali mengumumkan 10 hari keadaan darurat dan tiga hari berkabung nasional untuk menghormati korban. (BBC/Reuters)
Komentar