JAKARTA,BB – Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Selasa (14/07) besok adalah yang terakhir kalinya bagi PSSI selaku pihak penggugat dan Kemenpora sebagai pihak yang tergugat. Bertempat di Pulo Gebang, Jakarta Timur, persidangan sedianya telah dijadwalkan akan dimulai pukul 10.00 pagi WIB. Dan untuk agenda esok hari adalah pembacaan keputusan akhir sidang. (UPDATE: PTUN MENANGKAN PSSI)
Untuk diketahui kembali, sidang ini terjadi dikarenakan gugatan PSSI terhadap Surat Keputusan Menteri Pemuda dan Olah Raga tentang pembekuan PSSI nomor 01307, tanggal 17 April 2015 oleh Imam Nahrawi.
Sebelum-sebelumnya, bukti-bukti sudah diajukan ke majelis dan beberapa saksi juga ahli telah dihadirkan oleh kedua belah pihak. Ambil contoh hari Selasa (16/06), PSSI telah menghadirkan Tigorshalom Boboy sebagai saksi dan Mantan Ketua BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia), Haryo Yuniarto sebagai ahli.
Kemudian hari kedua, Kamis (18/06) hadir dua ahli yaitu mantan Hakim PTUN Lintong Siahaan dan Andhika Danesawara yang juga dosen sekaligus Doktor Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Kamis (25/06) giliran pihak Kemenpora untuk pertama kalinya menghadirkan saksi dan ahlinya. Mereka adalah Maskur Effendi ahli Administrasi Negara dan yang kedua adalah Refly Harun, ahli Hukum Tata Negara yang juga dosen UGM.
Senin (29/06), giliran M. Kusnaeni hadir sebagai perwakilan juga pengurus aktif dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dan satu orang Ahli Hukum dan HAM Nur Ali yang juga bekerja di Dirjen Hukum dan HAM.
Sudah sepuluh kali mereka (PSSI dan Kemenpora) bertemu di persidangan. Senin (06/07) adalah penyerahan kesimpulan akhir dari kedua belah pihak. PSSI telah menyerahkan 80 lembar halaman kesimpulan.
Aristo Pangaribuan, selaku Direktur Legal PSSI mengaku optimis dalam sidang keputusan besok. “Sejauh ini, selama persidangan, kami puas dengan perjalanan sidang selama ini. Saya juga tak bisa pungkiri kalau kami optimis menang besok. Kenapa? Karena saksi dan ahli yang Kemenpora hadirkan justru lebih menguatkan gugatan pihak PSSI. Kita anggap semua dalil kita, bukan hanya bisa dibuktikan oleh PSSI, tapi ternyata Kemenpora ikut juga membuktikan dalil kita dan juga menguatkan gugatan kita. Contohnya seperti saksi dan ahli yang mereka hadirkan sebelum ini,” ungkap Aristo.
Namun Aristo hanya sedikit khawatir dengan kebesaran hati dari Imam Nahrawi untuk bisa mencabut SKnya itu apabila PSSI yang berhasil menang di pengadilan. Juga bisa legowo menghentikan semua kegiatannya.
Apalagi pernyataan Menpora belakangan ini di berbagai media yang mengatakan bahwa apapun putusan PTUN, kegiatannya akan jalan terus dan parahnya, mengatakan PTUN sudah di setting oleh PSSI.
“Tentang putusan nanti yang kita khawatirkan adalah kalau putusannya memenangkan PSSI. Apakah Pak Menteri mau berbesar hati untuk mencabut SKnya itu serta menghentikan segala kegiatannya. Sebagaimana yang sudah ada dalam Penetapan Penundaan. Itu yang menjadi concern kami,” ujarnya.
“Saya katakan ini lagi, karena statement-statement beliau belakangan ini yang mengatakan apapun Putusan Pengadilan dia akan jalan terus. Kemudian, dia bilang PTUN sudah dikondisikan oleh PSSI. Itukan pernyataan yang seolah-olah sudah menantang keputusan pengadilan, jelas-jelas merupakan contempt of court (menghina pengadilan), dia tidak perduli akan proses hukum.”
Nada optimis juga tercetus dari Presiden PSSI, La Nyalla Mahmud Mattalitti. “Keputusan sidang nanti merupakan momentum yang sangat tepat apalagi di bulan suci Ramadhan, momentum yang saya sangat harapkan untuk mengakhiri drama dan perdebatan sepak bola nasional yang kontra produktif,” sebutnya.
“Segala fakta dan bukti-bukti sudah diperdebatkan dan dikaji di dalam persidangan yang mulia. Dapat kita saksikan sendiri, hari ini Majelis Hakim PTUN DKI Jakarta menyatakan bahwa SK yang dikenal dengan ‘Pembekuan PSSI’ merupakan produk kekuasaan yang melanggar hukum,” sambungnya.
“Kami optimis, tetapi ini bukan soal menang atau kalah, perdebatan hukum sudah terlalu lama menyita waktu dan menimbulkan banyak korban. Pembangunan sepakbola Indonesia sudah terlalu lama berhenti. Perdebatan hukum bukanlah konsumsi Pemain, Pelatih, Wasit dan masyarakat sepakbola, karena yang mereka inginkan hanya bagaimana untuk kembali ke lapangan hijau.
Terakhir, La Nyalla malah mengajak Menpora Imam Nahrawi untuk duduk bersama membangun sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik lagi. (Sumber PSSI.ORG)
“Melalui momentum yang baik ini, saya ajak Menteri Pemuda dan Olahraga baik karena jabatannya maupun pribadinya untuk mengakhiri semua ini, mematuhi Putusan Pengadilan dan duduk bersama-sama untuk membangun sepakbola Indonesia yang lebih baik,” tutup sang Presiden.